Teori Dan Pendekatan Manajemen Konseling

BAB II
PEMBAHASAN
    A.    Teori dan Pendekatan Manajemen Klasik
Teori klasik adalah teori manajemen yang berasumsi bahwa para pekerja atau manusia sifatnya rasional, berfikir logik, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. [1]
Terdapat beberapa aliran teori klasik adalah sebagai berikut :
1.      Teori klasik yang dipelopori oleh Frederik W. Tailor, teori ini disebut dengan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah ini berpandangan bahwa yang menjadi sasaran manajemen adalah mendapatkan kemakmuran maksimum bagi pengusaha dan karyawannya. Untuk itu manajemen harus melaksanakan prinsip-prinsip berikut :
a.       Perlunya dikembangkan ilmu bagi setiap tugas (pedoman gerak implementasi kerja yang standar dan iklim kerja yang layak).
b.      Pemilihan karyawan yang tepat sesuai dengan persyaratan kerja.
c.       Perlunya pelatihan.
d.      Perlunya dilakukan penelitian-penelitian dan percobaan percobaan.
2.      Teori klasik yang dipelopori oleh Henri Fayol dalam terbitannya Administration Industrielle et Generale yang berisi lima pedoman manajemen,yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengkomandoan, pengkoordinasian dan pengawasan. Prinsip-prinsip pokok menurut Fayol adalah :
a.       Kesatuan komando dianggap paling penting karena pembagian tugas dalam organisasi sudah sangat spesialis,
b.      Wewenang harus dapat didelegasikan (terdapat perangkat atau orang-orang tertentu yang menjalankan tugas tertentu),
c.       Inisiatif harus dimiliki oleh setiap manejer, dan
d.      Adanya solidaritas kelompok.
3.      Teori klasik yang dipelopori oleh Max Webber. Menurut Webber manajemen harus memiliki birokrasi yang merupakan ciri dari pola organisasi yang strukturnya dibuat sedemikian rupa sehingga secara maksimal yang dapat memanfaatkan beberapa ahli. Karakteristik birokrasi ini ditandai dengan :
a.       Adanya pemberian tugas yang spesialis. Setiap Individu dalam organisasi mempunyai wewenang yang diatur oleh berbagai peraturan, kebijakan dan ketetapan hukum.
b.      Hubungan yang terjadi dalam organisasi adalah hubungan impersonal (tidak bersifat pribadi), yaitu setiap bagian yang lebih rendah selalu berada di bawah wewenang dari bagian di atasnya.
c.       Administrasi selalu di dasarkan dan dilaksanakan dengan dokumen tertulis.
d.      Orientasi pembinaan pegawai adalah pengembangan karir yang berarti, keahlian merupakan kriteria utama diterima tidaknya seseorang sebagai anggota organisasi dan promosi dalam organisasi tersebut.
e.       Setiap tindakan yang diambil dalam organisasi harus selalu dikaitkan dengan besarnya sumbangan terhadap pencapaian tujuan organisasi, sehingga dapat dicapai efisiensi yang maksimal.
Kelebihan teori Klasik
1.    Memberikan kontribusi mengenai pembentukan organisasi secara birokrasi atas dasar hierarki yang sampai saat ini masih banyak digunakan oleh organisasi-organisasi modern.
2.    Memberikan anatomi organisasi formal dengan empat unsur pokok yang selalu muncul dalam organisasi formal:
a.       Sistem kegiatan yang terkoordinasi.
b.      Kelompok orang.
c.       Kerjasama
d.      Kekuasaan dan kepemimpinan.
3.    Memberikan tiang dasar penting dalam organisasi formal yaitu:
a.       Pembagian kerja (untuk koordinasi).
b.      Proses Skalar & Fungsional (proses pertumbuhan vertical dan horizontal)
c.       Struktur (hubungan antar kegiatan).
d.      Rentang kendali (berapa banyak atasan bisa mengendalikan bawahan).
4.    Adanya prinsif pembidangan tugas yang jelas (jurisdictional areas), umumnya diatur oleh hukum/peraturan-peraturan administrasi, yaitu:
a.         Adanya pembagian tugas yang jelas bagi apparatus birokrasi.
b.        Adanya pendelegasian wewenang.
c.         Setiap tugas yang dilaksanakan menuntut keahlian/keterampilan (spesialisasi).    Sehingga orang yang dapat diangkat menjadi aparat birokrasi adalah mereka yang mempunyai keahlian (kualifikasi).
5.    Memperhatikan adanya “rantai perintah” dan penggunaaan disiplin, aturan dan supervisi ketat untuk merubah organisasi-organisasi agar beroperasi lebih efisien.
Kekurangan Teori Manajemen Klasik
1.    Menganggap manusia sebagai mesin yaitu manusia akan terus menerus bekerja keras dan memaksakan dirinya seperti robot jika diberi imbalan yang lebih. Padahal kenyataanya tidak begitu, manusia mempunyai perasaan cinta, rindu, sakit, dan sebagainya yang walaupun di beri imbalan pada saat tertentu mereka menolaknya
2.    Teori ini juga beranggapan bahwa jika pekerjaan seseorang semakin dispesialisasi, maka produktifitas mereka akan semakin bagus dan banyak (tinggi). Namun pada kenyataannya terdapat titik jenuh yang menurunkan produktifitas dari spesialisasi kerja manusia tersebut karena manusia mempunyai rasa bosan dan jenuh.
3.    Merangsang berfikir yang mengutamakan konformitas dan formalitas.
4.    Merupakan rutinitas yang membosankan padahal manusia mempunyai titik jenuh atau bosan terhadap suatu pekerjaan yan diulang terus-menerus secara monoton.
5.    Ide-ide inovatif tidak sampai kepada pengambil keputusan karena panjangnya jalur komunikasi hal ini disebabkan karena adanya sistem birokrasi yang panjang.
6.    Terlalu banyak aturan yang berbelit-belit .
7.    Kecenderungan menjadi orwelian, yaitu keinginan birokrasi mencampuri (turut melaksanakan) bukan mengendalikan urusan.[2]

   B.     Teori dan Pendekatan Manajemen Modern
Teori manajemen modern mendasari kepada hal-hal yang sifatnya situasional. Artinya orang menyesuaikan diri dengan situasi dihadapi dan mengabil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Teori ini merupakan pendekatan sistem terhadap manajemen yang berusaha untuk memandang organisasi sebagai sebuah sistem yang menyatu dengan maksud tertentu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan.
Dalam buku Handoko. T. Hani (2008: 53), masa manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda. Jalur pertama merupakan pengembangan dari aliran hubungan manusiawi yang dikenal sebagai perilaku organisasi dan yang lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah, dikenal sebagai aliran kuantitatif.


a.       Perkembangan aliran perilaku organisasi
Teori ini tandai dengan pandangan dan pendapat baru tentang perilaku manusia dan system social. Tokoh-tokoh aliran ini antara lain:
1)      Abraham Maslow yang mengemukakan adanya “hierarki kebutuhan” dalam penjelasannya tentang perilaku manusia dan dinamika proses motivasi.
2)      Douglas McGregor dengan teori X dan teori Y nya.
3)      Frederick Herzberg yang menguraikan teori motivasi higienis atau teori dua factor.
4)      Robert Blake dan Jane Mouton yang membahas lima gaya kepemimpinan dengan kisi-kisi manajerial.
5)      Rensis Likert yang telah mengidentifikasi dan melakukan penelitiannya secara ekstensif mengenai empat system partisipasif kelompok.
6)      Fred Fiedler yang menyarankan pendekatan kontingensi pada studi kepemimpinan.
7)      Chris Argyris yang memandang organisasi sebagai system social atau system antar hubungan budaya.
8)      Edgar Schein yang banyak meneliti dinamika kelompok dalam organisasi, dan lain-lainnya.
Menurut Handoko T Hani dalam bukunya (2008:53-54) menyebutkan prinsip-prinsip dasar perilaku organisasi dari pendapat beberapa tokoh manajemen yakni:
1)      Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknik secara ketat (peranan, prosedur, prinsip).
2)      Manajemen harus sistematik dan pendekatan yang digunakan harus dengan pertimbangan secara hati-hati.
3)      Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi.
4)      Pendekatan motivasional yang mengahasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan.

Kemudian, sebagai tambahan beberapa gagasan yang lebih khusus dari berbagai riset perilaku menurut Handoko T Hani adalah:
1)      Unsur manusia adalah faktor kunci penentu sukses atau kegagalan pencapaian tujuan organisasi.
2)      Manajemen masa kini harus diberi latihan dalam pemahaman prinsip-prinsip dan konsep-konsep manajemen.
3)      Organisasi harus menyediakan iklim yang mendatangkan kesempatan bagi karyawan untuk memuaskan seluruh kebutuhan mereka.
4)      Komitmen dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibatan para karyawan.
5)      Pekerja setiap karyawan harus disusun yang memungkinkan mereka mencapai kepuasan dari pekerja tersebut.
6)      Pola-pola pengawasan dan manajemen pengawasan harus dibangun atas dasar pengertian positif yang menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhadap pekerjaan.
Teori modern lebih menekankan pada unsur manusia, pemahaman prinsip-prinsip dan konsep manajemen, memberikan kesempatan pada karyawan untuk memuaskan seluruh kebutuhan mereka, adanya komitmen melalui partisipasi dan keterlibatan para karyawan, membangun pola dan manajemen pengawasan atas dasar pengertian positif.
Kelebihan teori Modern :
a.    Teori Organisasi modern memandang semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan.
b.    Sistem terbuka  menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.
Kekurangan teori modern:
a.    Konsep manajemen modern sulit dipahami karena perhitungannya yang sulit.
   C.    Manfaat Teori Klasik dan Modern serta Implementasi dalam Bimbingan dan Konseling
1.      Teori Klasik
            Manajemen klasik sangat memperhatikan pengembangan staf, hal ini sangat berkesinambungan dengan program bimbingan dan konseling yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang profesional, dapat meningkatkan kualitas dapat bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaannya.
            Selanjutnya dalam teori klasik terdapat teori birokrasi yang menerapkan pembagian kerja yang jelas, begitu pula dalam bimbingan konseling yang memerlukan teori birokrasi agar konselor dapat membagi tugasnya kepada orang yang tepat dalam memudahkan pekerjaan. Contohnya dalam lembaga rehabilitasi narkoba konselor membagi tugasnya dengan pekerja sosial dan psikolog dalam menangani klien.
2.      Teori Modern
Seiring berjalannya waktu pelaksaan suatu pekerjaan pun ikut merubah berjalan dengan masa yang berubah pula. Teknik dan pengaturan harus diperbaharui menjadi lebih sesuai dan dibutuhkan oleh pekerja. Begitu pula dalam proses bimbingan konseling yang memerlukan manajemen yang lebih modern guna memaksimalkan kualitas dalam program. Sehingga teori modern banyak digunakan dalam managemen sekarang.
Dalam teori modern terdapat sistem terbuka  menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan. Begitu pula program dalam bimbingan koseling harus ada kesesuaian dengan era modern yang diperlukan kalangan muda. Karena masalah yang timbul saat ini umumnya pada kalangan muda yang masih belajar dalam menjalani kehidupan yang baik.
Dalam teori modern juga terdapat teori organisasi yang memandang semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan. Begitu pula konselor yang menangani klien tidak bisa bekerja sendiri, karena konselor memerlukan organisasi yang saling membantu dalam mencapai satu tujuan.
.
BAB III
PENUTUP
   A.    Kesimpulan
Dari pemaparan serta penjelasan teori manajemen serta implementasinya dalam bimbingan konseling dapat disimpulkan bahwa untuk terwujudnya suatu organisasi dalam melaksanakan kegiatan konseling secara tepat sehingga tercapainya hasil yang produktif, berkualitas, efektif, dan efisien, memerlukan teori manajemen yang baik.
Terdapat teori manajemen klasik dan modern yang bisa diambil manfaatnya dalam kegiatan konseling.
   B.     Saran
Demikian makalah dengan berjudul “Teori dan Pendekatan Manajemen” yang dapat kami susun. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami juga berharap terhadap segala kritik dan saran pembaca yang membangun untuk makalah kami sekarang dan selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Fattah, Nanang. 1997. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Wahyuningsih, Dewi Diana. Jurnal. Teori Managemen Dalam Bimbingan dan Konseling. Surakarta : Universitas Tunas Pembangunan




[1] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997. Hlm 22

[2] Diana Dewi Wahyuningsih, Teori Managemen Dalam Bimbingan dan Konseling, Universitas Tunas Pembangunan, Surakarta. Hal. 5

0 Response to "Teori Dan Pendekatan Manajemen Konseling"

Posting Komentar